Monday, November 10, 2008

A note for my father (I still miss you)

I don't know why I never thought to write about my father before. Although the memory of him is still warm in my heart even today. Maybe the lost of him was still painful for me to write it down in words. Funny how sadness sometimes lingers in your heart and don't want to fade away easily as years go by. Especially the lost of your loved ones.I was only nine years old when my father died. He had been sick for three months. It was his liver. And he spent a month in hospital. One rainy evening an ambulance came and I was told that my father had just passed away. We were alone in the house that evening; my younger sister who was eight years old, my youngest brother who was five years old and myself. The empty house was suddenly full with my relatives. One of my aunts took us to our room and gently... oh so gently... told us not to cry. She said that my father went to heaven and if we cried he could not open the heaven's door. I hold my siblings' hands and send them silent message to brave ourselves. (I was the eldest at the moment, both my eldest sister and brother were busy with the preparation for my father's funeral). Not even a single tear escaped from our eyes. (Come to think of it now, it was not a very wise thing to do for my aunt not to let us cry. Even children have a right to cry to express their shock and sadness. For many years after that night I had difficulties to express myself, especially my sadness. For sometimes I even lost my ability to mourn over my father).My father was the best father in the world. He was caring and sometimes funny, teasing us his children. Every morning he boiled us eggs for breakfast and made sure that we took our multivitamins before we went to school. Whenever his job allowed, he took us himself to school. On our way to school, he would stop by in a small bakery shop and bought us extra sweet breads although our mother had packed us some lunch.But don't get me wrong, my father was never weak. He set us some rules to follow; especially on manners. Not to speak during meals, not to laugh out loud and not to go out after dark were some of his rules. And don't ever think to break it or he would get angry. He never laid his hands on us, though, but it did not stop us from trembling whenever he was angry. He only had to look at us with his angry eyes and we went into jelly.There are more other things that I remember about him. But most of all, in his short life (he was only 45 years old when he died) he was a good father for his children. I love you Bapak. There are times when I still wish that you were here with me... It would be a pleasure for me to be able to introduce you to my husband and my children. You would see that Bimo, my youngest, looks very much like you...

Wednesday, October 29, 2008

Satrioku sudah besar...


Tidak terasa waktu ternyata berlalu begitu cepat... atau anak-anak sekarang yang memang cepat dewasa ya? Hari Sabtu kemarin, ada tetangga baru di sebelah rumah. Rupanya tetangga baru ini punya seorang gadis kecil yang cantik, kebetulan saat itu Rio dan teman-temannya sedang main monopoli di teras rumah, melihat ada wajah baru di sebelah rumah, Rio dan teman-temannya langsung bubar untuk intip-intip dan menggoda gadis sebelah. Saya dan ayahnya tertawa-tawa melihat tingkah mereka dari dalam rumah. Saya goda ayahnya, saya bilang sifat genitnya sudah menurun pada Rio, hehehe... Ayahnya nggak terima digodain begitu, katanya dulu waktu ABG dia tidak pernah nggodain cewek, malah cewek yang nggodain dia. Walah, masak iya sih? Terus yang dulu ngejar-ngejar saya dan nongkrongin tiap malam minggu di rumah siapa dong?

Anyway, saya agak khawatir juga anak saya cepat dewasa. Rio kan umurnya baru mau delapan tahun. Kok cepat sekali ya ABGnya? Pelan-pelan sorenya saya ajak dia ngomong, casually pastinya, namun baru saja saya menyebut mengenai tetangga sebelah, hidung Rio sudah kembang kempis, oh Lord... ternyata dia memang sudah mulai mempunyai rasa ketertarikan kepada lawan jenisnya. Memang nggak boleh ya Bu ajak kenalan? tanya Rio. Boleh saja, jawab saya, apalagi kalau yang diajak kenalan cewek cantik... Rio langsung merah padam. Ha!

Thursday, October 23, 2008

I LOVE YOU MOM


Sekali lagi saya harus mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan saya seorang Ibu yang selalu mendukung dan menyayangi putra-putrinya seperti Ibu saya. Jangan salah, Ibu saya bukanlah seorang Ibu yang selalu berkata lemah lembut kepada anak-anaknya, sebaliknya beliaulah jagoan kritik nomor satu. Sebelum orang lain atau bahkan kita sendiri menemukan kesalahan atau kelemahan diri kita, Ibu sayalah yang paling pertama menunjukkannya. Kadang pedas dan membuat kuping kita merah. Tapi di balik itu semua, selalu ada kebenaran. Dan itu beliau lakukan karena cintanya beliau kepada kami.

Dan apabila kami sedang berkesusahan, beliaulah yang nomor satu maju untuk menjadi problem solver. Seperti sekarang ini, saat saya kerepotan dengan pembantu-pembantu baru yang masih belum bisa apa-apa sementara saya juga tidak ada waktu untuk mentatar karena harus kerja, Ibu saya sengaja meluangkan waktu menginap di rumah selama 2 hari untuk menjadi trainernya. Padahal sebenarnya beliau sudah harus aktif lagi mengurus rumah makannya. Tapi jauh-jauh hari saya sudah wanti-wanti, jangan diintimidasi ya Mah pembantu barunya, nanti mereka mutung dan minta berhenti lagi, he3... Maklumlah, Ibu saya kalau bicara suka saklek.

But most of all, I LOVE YOU MOM!

Wednesday, May 28, 2008

Cinta Dalam Jarak

Ada cinta dalam jarak
kau dan aku bagaikan dua buah perahu sepi
yang berlayar dalam gelap
menuju satu pelabuhan yang sama
dan cinta adalah mercusuarnya
yang memastikan kita tak tersesat
dalam luasnya samudera kehidupan

Ada jarak dalam cinta
kau dan aku adalah dua mata angin yang berlawanan
saling berusaha untuk bertemu
menyamakan arah
beratas-namakan cinta
walau pun mustahil kadang sungguh
dua pribadi yang berbeda
menyatu dalam satu kata

Monokrom Cinta

hitam putih bukanlah warna romantis
namun dalam hitam putih kutemukan cintamu
bagai berada di atas papan catur
kita berdua saling mengatur langkah
untuk saling mendekat
skak mat!
dan cintakupun jatuh padamu

Tuesday, May 20, 2008

Pagi yang berkesan

Pagi ini saya mendapat pengalaman berkesan. Seperti biasa, setiap senin pagi saya terburu-buru berangkat kerja karena takut macet di jalan dan terlambat tiba di kantor. Sebelum keluar rumah saya sempat mengambil uang receh Rp. 3 ribu dari mobil suami untuk naik angkot karena seingat saya uang di dompet saya pecahan Rp. 50 ribuan. Hari ini suami saya tidak berangkat kerja jadi saya harus ngompreng ke kantor.

Perjalanan dari rumah ke pasar jumat berjalan mulus, titik-titik yang biasanya macet pagi tadi malah lancar. Hingga tanpa terasa perjalanan yang biasanya menghabiskan waktu 1 jam, tadi pagi hanya memerlukan waktu 1/2 jam saja. Mungkin karena hari Senin ini hari kejepit ya.

Jam 7.00 saya sudah tiba di halte bus pasar jumat, belum sempat menunggu lama, metromini kesayangan sudah nongol di depan mata. Saya pun dengan sigap langsung naik, memilih tempat duduk dekat jendela dan siap-siap untuk dozed-off alias tidur. Metromini baru jalan beberapa meter, sang kondektur sudah keliling menagih ongkos penumpang. Saya buru-buru mencari dompet saya di dalam tas. Lho kok tidak ada. Saya langsung pucat. Saya ingat tadi pagi saya ganti tas supaya matching dengan baju yang akan saya kenakan ke kantor. Sepertinya dompet saya masih tertinggal di tas yang lama. Waduh gawat.

Tanpa menunggu hingga kondektur tiba di bangku yang saya duduki, saya pun bangkit dan tanpa babibu turun dari bus. Dengan gontai saya balik lagi ke halte bus dan menelpon suami di rumah untuk mengantarkan dompet saya. Saya juga menelpon teman di kantor untuk mengabarkan bahwa saya akan agak terlambat datang ke kantor hari ini. Saya lalu duduk di salah satu bangku yang tersedia di halte tersebut. Di sebelah saya duduk seorang gadis manis yang sedang asyik sms-an. Saya melirik. Tiba-tiba terbersit ide brilian dalam hatiku. Tapi berani nggak ya. Ah, daripada menunggu suami mengantar dompet yang memakan waktu kurang lebih 1 jam lebih baik...

Dengan menebalkan muka, sayapun menyapa gadis tersebut dan... minta uang. Bener lo, I am asking a stranger to give me some money! Habis gimana lagi? Mau bilang pinjam nggak mungkin karena belum tentu saya bakalan bertemu lagi dengan gadis manis tersebut. Untungnya ternyata dia diam-diam mendengarkan waktu saya menelpon suami dan teman kantor, jadi tanpa perlu repot menjelaskan dia sudah mengetahui masalah saya. Saya minta Rp. 2 ribu untuk naik metromini ke kantor... eh dia malah ngasih Rp. 5 ribu. Nggak papa Bu, saya nggak ada uang kecil - katanya. Jadilah saya berangkat ke kantor naik metromini dengan uang pemberian dari orang lain.

Waktu saya telpon suami saya untuk mengabarkan bahwa ia tidak perlu lagi mengantar dompet saya karena saya sudah ada uang untuk ongkos, suami saya hampir tidak percaya mendengar cerita saya bagaimana saya mendapatkan uang untuk ongkos tersebut. Sambil bercanda saya katakan padanya," Segitunya aku belum ngamen Mas, apalagi kalo ngamen ya, bisa jadi tambahan uang dapur, hehehe..."

Anyway, saya berterima kasih sekali kepada si gadis manis yang telah memberikan uangnya kepada saya tanpa reserve. Hal ini mengajarkan saya bahwa toleransi dan rasa percaya antar individu ternyata masih ada, terutama di kota jakarta yang terkenal individualistis ini. Saya juga seperti diingatkan untuk lebih mengamalkan ukhuwah islamiyah dalam kehidupan saya sehari-hari yang mungkin selama ini sudah jarang saya terapkan. Kita boleh saja tinggal di kota yang individualistis, tapi bukan berarti kita juga harus menjadi individualistis kan?

Wednesday, April 23, 2008

Hati-hati Sewa Teras Indomaret

Saya menyewa teras Indomaret Cinangka pada bulan January – February lalu. Pada tanggal 8 Februari 2008, masa sewa saya habis dan sengaja tidak saya perpanjang karena beberapa hal. Untuk itu pada malam 8 February, dengan sebuah mobil pick up sewaan, saya bermaksud menjemput counter saya di sana untuk saya alokasikan ke tempat lain. Tapi pada saat counter akan diangkut saya terkejut mendapati ternyata di satu sisi bawah sebelah kiri counter terdapat luka hangus bekas terbakar yang cukup serius dan lebar sehingga merusak perlengkapan counter yang disimpan di dalamnya. Waktu saya tanyakan kepada pegawai Indomaret, mereka seolah tidak tahu, padahal saya mendapat info dari tukang parkir setempat bahwa siangmya pada hari yang sama, saat mati lampu, seorang pegawai Indomaret mengeluarkan genset dan menyalakannya di dekat counter saya dan asap panasnya menghanguskan sebagian area counter saya tersebut.

Saat saya meminta pertanggung- jawaban pihak Indomaret, para pegawainya lepas tangan dan malah saling tuduh. Saya terpaksa menelpon Bpk. Jazuli,Spv.Tenant, di kantor Indomaret Cabang Parung. Pak Jazuli berjanji akan menindaklanjuti keluhan saya tersebut.